17
Jul 2015
Hei, Can You Stop Comparing Our Profession?
Beberapa bulan lalu, saya iseng ngirim artikel tentang dokter hewan ke Hipwee, yang aslinya berjudul “11 Alasan Mengapa Calon Dokter Hewan adalah Pasangan yang Tepat Untukmu” tapi kemudian setelah melalui editing menjadi “12 Alasan Mengapa Calon Dokter Hewan Bisa Jadi Pacar yang Membanggakan”, dan alhamdulillah mendapat respon yang cukup positif, dimana artikel tersebut sudah dishare sekitar lima ribu orang saat terakhir saya cek, sebelum Hipwee mengalami ‘maintenance’ sehingga jumlah share artikel dimulai dari nol lagi.
Dan saat ini juga sudah banyak tulisan-tulisan tentang veteriner yang ditulis oleh para kolega dokter hewan, yang artinya sudah banyak orang yang menggunakan tulisan sebagai media untuk mengenalkan profesi keren ini. Namun sayangnya, tetap saja masih banyak orang yang memandang sebelah mata. Apalagi di momen lebaran ini ketika bertemu saudara, saya yakin banyak yang mengalami hal seperti saya seperti di bawah ini.
A: Kuliah mana dek?
B: Kedokteran Hewan hehe..
A: Oh kedokteran hewan, itu kucing saya disuntik dong hahaha
B: ._.
Atau, yang paling sering:
A: Kuliah mana dek?
B: Kedokteran hewan hehe..
A: Kedokteran hewan? Kok ga kedokteran manusia aja?
B: ._.
Sejujurnya, pertanyaan itu wajar-wajar saja. Namun kadang jengkel juga kalau ditanyakan terus-menerus. Sebenarnya, orang lain anggap profesi kami itu apa? Atau, apakah menurut orang lain profesi dokter hewan itu ‘lebih rendah’ dibanding dokter manusia? Apakah mereka tidak tahu kalau dokter hewan berperan di banyak sektor kehidupan? Ah, saya tidak tahu. Sesungguhnya saya adalah salah satu dari banyak orang yang gagal masuk ke jurusan Kedokteran Umum, karena saya mungkin memang tidak cukup pintar dibandingkan pesaing-pesaing saya, tapi saya tidak pernah menyesal, dan saya bersyukur bisa masuk ke FKH. Lewat tulisan random ini saya juga tidak bermaksud ‘membela FKH’, saya hanya ingin mengutarakan beberapa pendapat saya (bebas dong, ini kan tulisan saya), agar orang berhenti membandingkan kedua profesi tersebut, karena masing-masing punya kelebihan dan kekurangan sendiri.
Doctor and Vet via 123rf.com |
1. Hanya anak-anak yang luar biasa pintar yang bisa masuk FK, dan apalah arti FKH yang ‘katanya’ passing gradenya aja rendah
Ya, yang ini saya akui, karena saya sendiri sudah merasakan ketatnya persaingan masuk FK. Saya tidak mau bersuudzon, walau tidak sedikit orang yang bilang masuk FK bisa ‘lewat jalur belakang’ atau ‘yang penting ada duit’. Saya yakin, mau lewat jalur manapun, mahasiswa FK pasti orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Saya hanya ingin mengubah mindset bahwa mahasiswa FK itu pasti pintar, dan mahasiswa FKH pasti tidak lebih pintar dari mahasiswa FK. Banyak teman-teman saya di FKH yang menurut saya luar biasa brilian. Dan, jangan hanya melihat dari seleksi masuknya, tapi lihat juga dari prosesnya. Masuk FKH mungkin memang lebih mudah dari FK, tapi kuliahnya? Hmm who knows, I mean, one species versus multispecies? Okay okay stop comparing. Saya rasa mau satu spesies atau multispesies sama-sama tidak mudah. Lagipula apa artinya bangga-banggain multispesies kalau perbedaan anatomi sapi dengan kuda saja masih sering lupa?
2. Lulusan FK pasti sukses, lulusan FKH paling ntar kerjanya nyuntik sapi
Ini nih yang bikin banyak orang tua ngebet banget masukin anaknya ke FK. Pasti sukses katanya. Kalau jadi dokter enak, ntar abis lulus buka praktek aja pasti laku. Pasti banyak duitnya. Hmm iya sih. Hanya saja, sebenernya apa sih arti sukses itu? Kaya? Memang pasti semua orang pengen liat anaknya sukses dan hidupnya berkecukupan. Namun sangat disayangkan jika imej profesi dokter dihubungkan dengan kekayaan. Saya rasa profesi dokter lebih dari sekedar nyari duit. Karena saya akan lebih terharu mendengar kisah dokter yang bekerja di pedalaman daripada dokter yang bekerja di rumah sakit terbesar di Indonesia. You know what I mean, right?
Sedangkan dokter hewan, kerjanya nyuntik sapi katanya. Iya bener kok gapapa. Sebenernya saya ga tau sih nyuntik sapi itu maksudnya nyuntik dalam arti yang sesungguhnya atau maksudnya kawin suntik haha. Tapi toh dua-duanya memang kerjaannya dokter hewan. Tapi ga bener kalo kerjaan kami cuma nyuntik sapi. Perlu disebutin 33 ranah kerja dokter hewan menurut OIE?
3. Dokter mengobati manusia, sedangkan Veteriner ‘hanya’ mengobati hewan
Saya tidak masalah dengan pemikiran orang seperti no 1 dan 2, tapi yang ini yang paling tidak bisa saya terima. Banyak orang yang bilang ke saya, “pinter ya pilihnya dokter hewan, jadi nanti kalo salah suntik pasiennya mati kan ga masalah.” Oke, di agama sayapun juga dijelaskan kalau derajat manusia paling tinggi di antara makhluk lain. Tapi lantas menganggap nyawa makhluk lain dengan kata ‘hanya’? Oh please, itu tidak manusiawi sekali. Hewan juga makhluk ciptaan Tuhan, bisa merasakan sakit dan penderitaan. Dan kami dokter hewan menjunjung tinggi Five Freedom!
4. Anak-anak FK cakep-cakep, anak FKH boro-boro kerjaannya aja tiap hari ke kandang
Yang ini no comment deh haha. Mau dibilang dokter hewan ga cakep juga gua mah kagak peduli. Masih jaman liat fisik?
Pada akhirnya, saya nulis ginian juga paling yang baca temen-temen KH doang. Kecil kemungkinan orang-orang yang masih suka membandingkan kedua profesi tersebut membacanya, karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang tua yang masih berpikir secara konvensional, yang mungkin tidak punya waktu untuk baca tulisan blog atau status di timeline. Saya hanya ingin mengajak kolega saya, jika kalian mengalami kejadian seperti saya, saya sarankan, senyumin aja. Tidak perlu repot-repot menjelaskan siapa dirimu. Suatu hari, buktikan kalau kamu bisa sukses dengan caramu sendiri 🙂
2 comments to “Hei, Can You Stop Comparing Our Profession?”
Tulisan yg menarik, Salut!coba setiap kita, apa pun latar belakang profesi dan pekerjaannya, bertanya pd diri sendiri, apa yg sudah kita lakukan? Apa sudah sesuai dgn perannya…seperti seharusnya? Dengan begitu, pada akhirnya ada pnghargaan terhadap bidang lain, lahir rasa rendah hati dari setiap kita, dan tentu saja tersembunyi pribadi hebat di balik-apapun profesi dan pkerjaan-nya
Tulisan yg menarik, Salut!coba setiap kita, apa pun latar belakang profesi dan pekerjaannya, bertanya pd diri sendiri, apa yg sudah kita lakukan? Apa sudah sesuai dgn perannya…seperti seharusnya? Dengan begitu, pada akhirnya ada pnghargaan terhadap bidang lain, lahir rasa rendah hati dari setiap kita, dan tentu saja tersembunyi pribadi hebat di balik-apapun profesi dan pkerjaan-nya